Perasaan Inen Mayak Tri dapat dimaklumi baru kawin ditinggal
berlama-lama, aduh …Keinginan Inen Mayak Tri terkabul juga. Ada kawan Aman
Mayak, pulang kampung ke Pining. Kepada kawan ini ditanyakan perihal Aman
Mayak. Didapat kabar bahwa Aman Mayak telah gugur di Idi dan dikuburkan secara
baik-baik. Mendengar kabar ini hati Inen Mayak Tri hancur, berhari-hari makan
tak menentu, tidur tidak nyenyak, sukar diajak bicara.
Orang menduga Inen Mayak Tri sudah agak mereng, hampir kehilangan akal sehat. Setelah “nujuh” suaminya, Inen Mayak Tri memberanikan diri meminta izin kepada orang tua, mertua, dan jema opat, agar dia (Inen Mayak Tri) diizinkan bersabung nyawa ke Idi. Jema opat tidak mengizinkan dan dianjurkan agar berlatih perang di Pining saja sebab dapat diduga Belanda pasti datang ke daerah Pining. Inen Mayak Tri tidak berkecil hati dan secara sungguh-sungguh berlatih terus menggunakan senjata perang dengan satu tekad, ESA HILANG, DUA TERBILANG.
Orang menduga Inen Mayak Tri sudah agak mereng, hampir kehilangan akal sehat. Setelah “nujuh” suaminya, Inen Mayak Tri memberanikan diri meminta izin kepada orang tua, mertua, dan jema opat, agar dia (Inen Mayak Tri) diizinkan bersabung nyawa ke Idi. Jema opat tidak mengizinkan dan dianjurkan agar berlatih perang di Pining saja sebab dapat diduga Belanda pasti datang ke daerah Pining. Inen Mayak Tri tidak berkecil hati dan secara sungguh-sungguh berlatih terus menggunakan senjata perang dengan satu tekad, ESA HILANG, DUA TERBILANG.
Pada penghujung tahun 1898, Inen Mayak Tri bergembira bukan
kepalang, mengetahui bahwa Belanda akan datang ke daerah Pining. Benar Belanda
datang di bawah pimpinan Kapten Colijn, mengejar T. Tapa. Pasukan Pining
di bawah pimpinan Datok Pining Tue, dibantu oleh Inen Mayak Tri, menyambut
pasukan Belanda di Tingkem. Begitu Belanda datang, pasukan Pining menyambut
mereka, dari sore hingga tengah malam mereka bersabung nyawa, Inen Mayak Tri
mengamuk sejadi-jadinya dan berhasil melukai serdadu Belanda, sungguhpun dia
juga terluka. Malam itu juga pasukan Belanda mundur, dan pasukan Pining kembali
ke Pining.
Enam
tahun kemudian Belanda datang lagi tepatnya 12 Pebruari 1904, di bawah pimpinan
Kapten C. LECHLEINER dari Kuala Simpang. Belanda disambut pasukan Pining
lagi di Tingkem, Inen Mayak Tri sekali lagi bersabung nyawa dan kapten ini
tertetak, kedua tangannya hampir putus dan malam itu juga dibawa kembali ke
Kuala Simpang. Diyakini kapten ini ditetak oleh Inen
Mayak Tri. Pasukan Pining ada yang kembali ke Pining dan ada juga yang masuk
hutan. Inen Mayak Tri yang sempat luka-luka, dibawa ke dalam hutan, diobati dan
beberapa tahun kemudian meninggal secara normal. Di mana kuburnya, hanya
pasukan Pining yang tahu.
Disarikan dari karangan :
Kapten Herman Agerbeek
Komandan Divisi I Marsose Blangkejeren, dalam kisah :
MEMORI AKHIR JABATAN TAHUN 1925
Oleh : Drs. H. M. SALIM WAHAB