Kusik
Kusik
Dahulu di daerah Gayo Lues, cita-cita orang tua cepat mengawinkan anak lajangnya, setelah lima kali musim tanam padi, sejak yang bersangkutan dikhitankan; atau lima tahun setelah yang bersangkutan disunatrasulkan. Pada waktu setahun sebelumnya, pada umumnya secara spontan baik si ibu atau si bapak, bahkan famili si pemuda sudah melihat-lihat ke kiri ke kanan, siapa kira-kira gadis yang cocok untuk dijadikan pemen. Yang lebih aktif biasanya si ibu, dan bila bakal calon telah terlihat, maka si ibu biasanya menyampaikan keinginannya ini kepada si bapak.
“ Bang, bagaimana kalau si Aminah, anak Aman Polan dari kampung Hilir kita pilih sebagai bakal calon pemen kita untuk anak kita ini ? ”
“ Ah, jangan, dia itu agak pendek, anak kita juga agak pendek, nanti cucu kita lebih pendek lagi, tidak bisa main bolakaki, dan lain-lain ”.
“ Tapi kalau si Murni, anak Aman Ali, kampung Hulu, saya setuju, bagaimana kira-kira ? ”.
“ Itu cocok, orangnya tidak sombong, tinggi, dan rajin pula. Ini sajalah bang ”
Pilihan kedua orang tua pemuda ini, tanpa diketahui oleh orang ketiga, disebut kusik
0 komentar: