Thursday, January 10, 2013

Ejer Marah II

Ejer Marah II

Selamat Berbahagia kepada kedua mempelai
Semoga abadi sampai anak cucu.

Kadang ara padok gih panal
Kelabu gih perseh
Tingkis ulak ku bide
Sesat ulak ku dene

Ike ari beden tubuhku
Enti mulo penan si lemak lungi e
Enti mulo emas pirak kupang busuk
Ulung ni kayu simabuk pait peh
Gere terjurahan ni aku

Ike dene gih tentu ribue e
Ike ukum gih tentu taun ne
Selangkan kantur putih
Meja ijo ken ton tempat te.

Ike naru peh tali roa we puncue
Ike dele peh peri sara we munge e

Kepada Allah saya mohon Ampun
Kepada Bapak, Ibu, saudara, dan hadirin saya mohon maaf

Thursday, December 13, 2012

Didong Gayo Lues

Didong Gayo Lues

Didong Gayo Lues dapat dibagi tiga macam; yaitu, Didong Alo (Didong penyambutan tamu), yaitu: Didong dipersembahkan untuk menyambut tamu. Pemain Didong Alo berjumlah lebih kurang 10 orang dari pihak tuan rumah dan 10 orang dari pihak tamu. Didong Alo dipersembahkan sambil berlari arah ke kiri atau ke kanan. Didong Alo berisi tentang ucapan selamat datang dan ucapan terima kasih atas kehadiran tamu. Begitu juga dari pihak tamu mengucapkan terima kasih atas undangan dan sudah selamat diperjalanan sampai dapat selamat sampai ke tempat tuan rumah.

Didong Jalu (Didong Laga), yaitu Didong dipersembahkan pada malam hari oleh dua orang Guru Didong yang diundang dari dua kampung yang berbeda. Setiap Guru Didong didampingi oleh pengiring yang berjumlah 10 sampai 20 orang. Pengiring berfungsi untuk mendukung persembahan. Pada bagian tertentu (adini Didong) cerita Didong disambut oleh pengiring sambil bertepuk tangan serta menggerakkan badan ke muka dan ke belakang atau ke kiri dan ke kanan.

Didong Niet (Didong Niat) selalu dipersembahkan berdasarkan Niet seseorang. Misalnya Niet seseorang yang ingin mempunyai keturunan atau berkeinginan punya anak laki-laki atau perempuan. Jika keinginan ini dikabulkan oleh Yang Maha Kuasa, maka Didong Niet ini pun dipersembahkan. Didong Niet ini mengkisahkan tentang anak yang diniatkan. Cerita dimulai dari awal pertemuan kedua orang tuanya. Kemudian pertemuan itu direstui serta dilanjutkan kepada jenjang peminangan dan pernikahan. Seterusnya cerita mengenai perkembangan bayi di dalam kandungan dan sampai bayi lahir ke dunia. Setelah itu cerita diteruskan ke pesta ayunan (turun mani) pemberian nama dihubungkan dengan hari kelahiran, agama (agama Islam), dan nama-nama keluarga seperti nama orang tua, kakek, nenek, dan lain-lain.

Cerita Didong yang menjadi objek penelitian ini adalah cerita Didong Jalu yang dipersembahkan oleh Guru Didong Ramli Penggalangan dan Idris Cike di Medan pada tanggal 11 dan 12 Desember 2004. Persembahan dimulai pukul 21.45 dan berakhir pada pukul 04.30 WIB.