Monday, June 23, 2014

Tutur i Gayo

Tutur i Gayo
 Tutur I Urang Gayo
Ama= Ayah,
Ine= ibu,
Abang=sdr laki2 yg lebih tua, Aka=sdr pr yg lebih tua. Ngi= adik [lk pr]
Serinen= sdr sejenis,
Ibi=sdr Ayah yg pr,
Pun=sdr ibu yg lk,
Iyu=sdr Ibu yg pr,
Kail= suami Ibi,
Ine Pun= isteri Pun,
Pak Cik= suami Iyu atau adik Ayah,
Lakun= Ipar lk dr yg lk,
Era=Ipar pr dr lk atau sebaliknya,
Kawe= ipar pr dari pr,
NduE= Ipar beripar pr,
Periben= ipar beripar lk,
Tingketen tutur ni urang Gayo

1. Titok atau Keleng = generasi pertama
2. Rekel = generasi kedua
3. Entah = generasi ketiga
4. Muyang = generasi keempat
5. Empu = generasi kelima
6. Datu = generasi keenam
7. Awan = generasi ketujuh
8. Ama = generasi kedelapan
9. Anak = generasi kesembilan
10. Kumpu = generasi kesepuluh
11. Piut = generasi kesebelas

Tuesday, March 19, 2013

Hubungan Alam dan Tingkah Laku Masyarakat Lues

Hubungan Alam dan Tingkah Laku Masyarakat Lues
Dalam masyarakat Gayo, terlihat nyata adanya hubungan alam dan tingkah laku masyarakat. Dahulu penduduk Gayo pada umunya Gayo Lues pada khususnya sangatlah jarang. Letak antara satu rumah dengan rumah lainnya berjauhan. Bila waktu makan tiba, misalnya, seorang ibu tidak usah mencari anaknya ke tempat lain dengan berjalan kaki yang cukup memakan waktu. Cukup dengan memanggil anaknya dengan suara keras : “Ali, cepat pulang, mau makan“. Dalam radius 100 - 300 meter orang masih mendengar suara ibu ini dengan cukup jelas.
Satu hal lagi yang perlu diingat, seperti disinggung di atas, penduduk jarang, letak satu rumah dengan rumah lainnya cukup jauh. Hal ini menyebabkan orang, terutama pemuda yang berkunjung ke rumah lainnya harus ekstra hati-hati.
b.Seni Dengan Suara Keras
Ada kebiasaan para pemuda, dan juga pemudi tidak tidur di rumah masing-masing. Pemuda biasa tidur di menasah, atau di rumah kosong, atau di manah (rumah tempat penyimpanan padi). Kebiasaan tidak tidur di rumah ini mengingat rumah kecil, tidak berkamar, di sana bapak, ibu, dan anak-anak balita tidur. Janggal kalau sudah bujang, sudah gadis tidur di rumah, malu, pantang. Kalau pemuda tadi tidur di menasah, maka para pemudi tidur di rumah famili yang agak besar, pada umumnya ibu-ibu yang sudah janda atau kakek-nenek yang tidak begitu aktif lagi. Menjelang magrib, pemuda, terutama pemudi sudah harus berada di rumah peristirahatan. Dapat diduga, pemuda, terutama pemudi yang berangkat dari rumah pada sore hari harus hati-hati karena di tengah jalan banyak bahaya, ada babi, ada harimau, ada binatang buas lainnya. Sebagai alat utama dalam perjalanan para pemuda dan atau pemudi harus bersenandung keras-keras (dalam bahasa Gayo berjangin dan bersek) dengan harapan kalau ada bahaya, ada babi, ada harimau dan lain-lain, dapat menyingkir dari jalan yang dilalui.
Kebiasaan ini dilakukan dalam waktu yang cukup lama sehingga membudaya, terbawa-bawa ke seluruh tingkah laku orang Gayo. misalnya ke dalam kesenian, segala seni dilakukan dengan suara keras.
Saman harus dengan suara keras,
Bines harus dengan suara keras,
Didong harus dengan suara keras
Ke dalam tatanan kehidupan sehari-hari. Orang Gayo pada umumnya berbicara dengan suara keras, sama dengan orang Batak. Kata seorang antropolog, orang Gayo itu seperti kelapa, sangat keras di luar, tetapi di dalamnya manis dan lemak.
c.Hubungan Alam Dengan Lingkungan
Alam dan lingkungan juga dapat membentuk cara berpikir dan cara bertindak, dan berperilaku. Orang yang hidup di pegunungan pada umunnya kesehariannya sering naik turun gunung. Ketika naik gunung, selalu membungkukkan diri agar jangan jatuh, mencari keseimbangan tubuh. Demikian juga ketika turun gunung. Keadaan seperti ini terbawa-bawa ke dalam keseharian, misalnya kesenian. Semua bentuk kesenian orang Gayo dilakukan dengan membungkuk-bungkuk. Saman membungkukkan tubuh, Bines membungkukkan tubuh, Didong apalagi, demikian juga kesenian Tari Guel di Gayo Laut. Daerah lain yang letaknya di pegunungan juga misalnya Batak, dengan tari Tor-tor nya juga dilakukan dengan cara membungkuk. Satu kagi ciri khas kesenian Gayo seperti sudah disinggung di atas adalah dengan suara keras, karena itu nyanyian yang bernada lembut misalnya dari Jawa, sangat tidak disukai karena bertentangan dengan jiwa Gayo sendiri. Tidak juga ketinggalan dengan perilaku keseharian hidup di daerah pegunungan penuh derita dan perjuangan yang sangat berat. Untuk mencari sesuap nasi pada masa itu harus dengan ekstra keras perjuangan harus dengan keringat dingin, dan kadang-kadang sukar mendapat bantuan dari orang lain yang sedikit jumlahnya. Kerja keras, tak sempat berbicara santai dengan kawan, berakibat orang Gayo, malas berbicara kalau sangat tidak perlu. Akibatnya dalam keseharian orang Gayo sangat malas mengucapkan kata “ berijin, terima kasih  “ kepada pihak yang telah berjasa kepadanya. Anda jangan heran, kalau sekali waktu anda ke Gayo Lues khususnya, Gayo umumnya, dan anda berkeliling tempat ramai, dengarkanlah adakah orang Gayo mengucapkan berijin kepada lawan bicaranya. Jarang sungguhpun ada, seuribe sa, kata orang Aceh, artinya dalam 1000 orang yang anda jumpai hanya satu orang yang mau mengucapkan kata itu. Anda kurang yakin dengan hormat anda kami undang datang ke daerah ini.

Saturday, March 9, 2013

Adab Masuk Ke Rumah Orang lain

Adab Masuk Ke Rumah Orang lain
Adab Masuk ke Rumah Orang Lain
a.Ketuk Pintu
Ketuk dulu pintu secara sopan, sebanyak 3 ketukan. Ketukan jangan terlalu keras, jangan pula terlalu lemah. Mengetuk jangan dengan tingkah, biasa saja. Tok-tok-tok. Assalammualaikum. Tidak ada jawaban, ketuk lagi, tok-tok-tok, Assalammualaikum. Tunggu sebentar. Tidak juga ada jawaban, ketuk lagi, tok-tok-tok, Assalammualaikum. Kalau sudah 3 kali tak ada jawaban, itu berarti orangnya tak ada di dalam, atau tidak didengar atau tidak mau menerima tamu. Lebih baik urungkan niat untuk bertamu atau lebih baik pulang, jangan membuka pintu orang, walaupun tidak berkunci. Ini kurang sopan.

b.Waktu yang dilarang untuk bertamu
Waktu tuan rumah sedang atau mau makan. Misalnya pulang dari masjid, pada hari Jumat. Kita tahu orang makan sesudah pulang sembahyang Jumat. Jadi tidak baik kalau dia kita ikuti dari belakang lalu bertamu. Atau pagi hari ketika dia mau pergi ke kantor atau ke sawah, atau ke mana saja. Atau siang pada pukul 12.00 – 13.00 atau sore dari pukul 15.00 – 16.00. kita tahu itu waktu dia makan, lalu kita datang.
Waktu tidur siang. Dahulu memang kebiasaan tidur siang, belum ada. Petani jarang tidur siang, bekerja terus sepanjang hari. Namun pada akhir-akhir ini orang kantor, biasa tidur siang dari pukul 14.00 – 16.00 WIB. Rasanya kalau kita datang, tidur siangnya terganggu gara-gara kedatangan kita.
Larut malam. Kalau petani pukul 22.00 (pukul 10.00 malam) sudah dianggap larut. Jangan lagi didatangi, pasti dia sudah tidur. Kalaupun belum tidur, pasti kondisi tubuhnya sudah lemas.
Tuan rumah baru pulang dari perjalanan jauh. Kalau misalnya tuan rumah baru datang dari Medan misalnya, maka kurang sopan kalau kita bertamu pada larut malam. Kalau kita paksakan juga kehendak, pasti diterima dengan terpaksa, tetapi bila dicap sebagai tamu tak tahu tata krama.

Syarat Bertamu

Syarat Bertamu
Syarat bertamu
Jangan lama. Kalau pembicaraan sudah rampung, maka pulanglah. Memang ada tuan rumah yang suka cerita, ingin agar tetap disitu, tetapi sebaiknya kita harus tahu diri. Masih banyak pekerjaan tuan rumah yang harus dilanjutkan.
Jangan minta minum atau makan, kepada tuan rumah, meskipun kita tahu banyak roti atau kue, atau jenis minuman yang disimpan. Tidak baik, tidak sopan, kurang harga diri kita. Apa yang dihidangkan/kalau ada, itu saja yang kita minum/makan. Sekali lagi jangan bilang begini : “ Oi, mana minumannya, mana kue hari rayanya, mana oleh-oleh yang kau bawa dari Medan ? “. Bicara haluspun di rumah tuan rumah bernilai kasar, misalnya : “ Haus kali ini bang, maklumlah perjalanan kami sangat jauh tolong segelas air putih “. Ucapan ini boleh, kalau memang sangat terpaksa dan tuan rumah adalah kenalan kita.
Jangan terlalu sering melihat ke dapur. Pada masa dulu, anak gadis selalu mengintip tamu dari dapur. Tidak boleh anak gadis ikut duduk dengan tamu orang tuanya, terkecuali tamu yang datang adalah tamu anak gadis tersebut.
Jangan menghabiskan apa yang dihidangkan. Kalau yang dihidangkan kue, atau lemang atau kolak, dan lain-lain, diusahakan jangan habis. Ini kurang baik. Kalau habis juga, karena enak, tidak apa-apa, namun isteri/anak gadis tuan rumah akan mencap kita sebagai “ berlokan ”, rakus. Dilain kesempatan kita tidak disuguhi kue lagi.
Mulut jangan ribut. Kalau makan makanan yang disuguhkan, mulut mengunyah jangan berbunyi, jangan kertak-kertuk, kecuali yang dimakan memang berbunyi seperti kerupuk. Memang sukar, tapi berlatihlah.
Jangan ntorop. Usahakan karena kenyang, perut sudah berisi udara dari perut keluar berbunyi “ OOOP ”.

Friday, March 8, 2013

Adab Bertamu

Adab Bertamu
Adab Bertamu
  1. Ketika saya bertamu, maka saya harus duduk pas di hadapan tuan rumah. Kalau begitu keadaannya maka saya tetap melihat ke depan. Tetapi kalau yang dihadapi itu calon mertua, maka saya, duduk harus membelakangi dapur. Maksudnya supaya saya tidak melihat gadis atau perempuan di dapur.
  2. Kalau lebih dari seorang, maka diusahakan yang agak alim yang menghadap ke dapur. Begitu juga kalau tamunya banyak, harus ada saling kalah-mengalah. Siapa yang merasa alim, tidak mata keranjang, maka dialah yang menghadap ke dapur. Maksudnya agar jangan memanfaatkan waktu yang sempit untuk main mata.

Adab Duduk di Ruangan

Adab Duduk di Ruangan
Adab Duduk di Ruangan
Kalau anda hidup di masyarakat Gayo Lues, maka akan menghadapi bermacam-macam tata krama yang harus anda lalui. Antara lain sesekali anda akan diundang kenduri, misalnya. Harus anda pikirkan bahwa kalau ruangan sudah tersedia jangan anda duduk di sembarang tempat. Ada bagian yang sudah ditentukan peruntukannya.

Thursday, March 7, 2013

Susunan Hidangan

Susunan Hidangan
Susunan Hidangan Kalau kita tuan rumah mau menghidang, yang perlu diperhatikan adalah :
Kalau makan dengan tangan, maka :
1.Nasi pas dimuka tamu,
2.Di kanan tamu air cuci tangan
3.Di kanan tamu setentang dengan nasi, ikan
4.Di kanan ikan, adalah sayur
5.Di kiri, setentang nasi adalah gelas
6.Di tengah nasi tambah. Kalau makan dengan sendok, maka letak gelas di sebelah kanan. Artinya kalau makan dengan tangan, minum boleh dengan tangan kiri, dan kalau dengan sendok, minum harus dengan tangan kanan.